Kamis, 14 Juli 2011

Problem Solving

PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Irama hidup manusia itu adalah masalah (problem) . Seseorang tidak dapat dikatakan hidup, bila tidak pernah menghadapi masalah. Siapa pun orangnya, tidak akan bisa luput dari masalah. Dari Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, timpa-bertimpa masalah yang harus diselesaikannya. Namun, dengan kiat-kiat khusus, para utusan Allah itu berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah yang dihadapi.
Dengan demikian, kita haruslah menyadari bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang datang dari diri kita sendiri mau-pun masalah yang datang dari luar kita. Hidup adalah masalah. Masalah adalah jarak antara keinginan dan kenyataan yang dihadapi saat ini. Masalah adalah suatu keadaan yang tidak sesuai dengan harapan yang kita inginkan. Kemampuan kita mempertemukan keinginan dan kenyataan, itulah yang dinamakan dengan memecahkan masalah .
Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses peme-cahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefenisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah keterampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya. Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila dikaitkan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dalam suatu organisasi. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masalah organisasinya dengan tepat dan benar, dipastikan akan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperlancar kepemimpinannya.
Beragam teori tentang pemecahan masalah telah dihasilkan oleh banyak pakar dan ahli manajemen. Akan tetapi, dari sederetan teori tersebut, metode pemecahan masalah secara analitis dipandang sebagai teori yang ‘mempan’ untuk beragam kondisi dan suasana organisasi. Metode ini adalah salah satu pendekatan pemecahan masalah yang sering dilakukan, serta bisa meningkatkan kualitas individu. Dengan menggunakan metode ini, seseorang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menganalisa sebuah permasalahan. Kendatipun demikian, keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepiawaian individu atau pemimpin yang terlibat dalam masalah yang hendak diselesaikan itu.
  1. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah agar dapat digunakan sebagai acuan dalam memecahkan masalah hidup yang dihadapi dan cara-cara berpikir dengan kreatif.


PROBLEM SOLVING DAN BERPIKIR KERATIF
Pemecahan masalah adalah proses mental dan merupakan bagian yang lebih besar dari masalah proses yang meliputi menemukan masalah dan masalah pembentukan.
  1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi, terutama dalam kepe-mimpinan sebuah organisasi, ada beberapa langkah yang harus dilalui, yaitu :
    1. Menganalisa Masalah
Pada bagian ini, kita dituntut untuk bisa menganalisa atau melakukan diagnosa terhadap sebuah masalah, kejadian, peristiwa atau situasi supaya kita bisa fokus pada masalah yang sebenarnya. Seringkali orang dalam mela-kukan pemecahan masalah terjebak pada gejala-gejala yang timbul dari masalah tersebut.
Agar kita bisa memfokuskan perhatian kita pada masalah sebenarnya, dan bukan pada gejala-gejala yang muncul, maka dalam proses mendefenisi-kan suatu masalah, diperlukan upaya mencari informasi yang diperlukan sebanyak-banyaknya. Dengan demikian diharapkan, kita bisa mendefensi-kan masalahnya dengan tepat dan benar.
Berikut ini adalah beberapa karakteristik dari pendefenisian masalah yang baik :
1.      Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif harus dipisah-kan dari persepsi.
2.      Semua pihak yang terlibat diperlukan sebagai sumber informasi.
3.      Masalah harus dinyatakan secara tegas. Hal ini seringkali dapat meng-hindarkan kita dari pembuatan defenisi yang tidak jelas.
4.      Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak-sesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
5.      Defenisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah itu.

    1. Membuat Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah kita berhasil mendiagnosa masalah tersebut dengan tepat dan benar, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah membuat sejumlah alternatif pemecahan masalah. Pada tahap ini, kita diharapkan dapat memi-lih hanya satu solusi, sebelum alternatif solusi-solusi yang ada diusulkan. Dengan memilih satu solusi masalah yang ditawarkan akan menjadikan kualitas pemecahan masalah lebih efektif dan efesien.
Ada beberapa karakteristik pembuatan masalah yang harus diperha-tikan, yakni :
a. Semua alternatif yang ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terle-bih dahulu sebelum kemudian dilakukan evaluasi.
b. Alternatif-alternatif yang ada, diusulkan oleh semua orang yang terlibat dalam penyelesaian masalah. Semakin banyak orang yang mengusulkan alternatif, semakin bagus pula untuk meningkatkan kualitas solusi dan penerimaan kelompok.
c. Alternatif-alternatif yang diusulkan harus sejalan dengan tujuan atau kebijakan organisasi. Kritik dapat menjadi penghambat, baik terhadap proses organisasi maupun proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
d. Alternatif-alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konse-kuensi yang muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
e. Alternatif-alternatif yang ada saling melengkapi satu dengan yang lain. Gagasan yang kurang menarik, bisa menjadi gagasan yang menarik bila dikombinasikan dengan gagasan-gagasan lainnya.
f. Alternatif yang diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yang telah didefenisikan dengan baik. Masalah lainnya yang muncul, mungkin juga penting. Namun dapat diabaikan bila tidak secara langsung mempenga-ruhi pemecahan masalah utama yang sedang terjadi.



    1. Mengevaluasi Alternatif-alternatif
Setelah kita berhasil mengenali karakteristik pembuatan alternatif tersebut di atas, kita perlu pula untuk mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan masalah yang telah diambil. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berhati-hati memberikan penilaian keuntungan dan kerugian terhadap alternatif-alternatif yang diambil. Agar kita tidak terjebak pada kesalahan dalam penentuan solusian atau pemecahan masalah, maka pada tahap evaluasi ini kita harus memperhatikan :
1.      Tingkat kemungkinannya untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan terjadinya masalah lain yang tidak diperkirakan sebelum-nya.
2.      Tingkat penerimaan dari semua orang yang terlibat di dalamnya.
3.      Tingkat kemungkinan penerapannya.
Berikut ini adalah karakteristik-karakteristik dari evaluasi alternatif pemecahan masalah yang baik :
a. Alternatif-alternatif yang ada dinilai secara relatif berdasarkan suatu standar yang optimal, bukan sekadar standar yang memuaskan.
b. Penilaian terhadap alternatif-alternatif yang ada dilakukan secara siste-matis, sehingga semua alternatif yang diusulkan akan dipertimbangkan.
c. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi dan mempertimbangan pandangan-pandangan dari orang lain yang terlibat di dalamnya.
d. Alternatif-alternatif yang ada dinilai berdasarkan dampak yang mung-kin ditimbulkannya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Alternatif yang paling dipilih dinyatakan secara tegas.
    1. Rencana Tindak Lanjut
Yang harus dilakukan selanjutnya adalah penerapan solusi yang telah kita pilih pada bagian pencarian alternatif pemecahan masalah. Pada bagian ini, seorang penentu kebijakan harus peka pada keadaan yang mungkin timbul terhadap solusi yang dijalankan, karena bagaimana pun, setiap solusi yang ditawarkan selalu ada titik balik yang kemungkinan ada reaksi negatif.
Berikut ini adalah karakteristik dari penerapan dan rencana tindak lanjut yang efektif :
1.      Penerapan solusi dilakukan pada saat yang tepat dan dalam urutan yang benar. Penerapan tidak mengabaikan faktor-faktor yang membatasi dan tidak akan terjadi sebelum tahap 1, 2, dan 3 dalam proses pemecahan masalah dilakukan.
2.      Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi “sedikit demi sedikit” dengan tujuan meminimalkan terjadinya perlawanan dan me-ningkatkan dukungan.
3.      Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil tidaknya penerapan solusi, haris dikomunikasikan, sehingga terhadi proses pertukaran informasi.
4.      Keterlibatan dari orang-orang yang akan terkena dampak dari penera-pan solusi dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen.
5.      Adanya sistem monitoring yang dapat memantau penerapan solusi secara berkesinambungan.
6.      Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi berdasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat dianggap berhasil bila masalah yang menjadi pertimbangan yang utama tidak terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.
  1. Memanajemen Pemecahan Masalah
Menghadapi masalah dan memecahkannya secara berulang-ulang, dapat menjadikan kita dewasa dan memiliki filosofis hidup. Kekuatan filosofis kehidupan adalah sejauh mana kita bisa menemukan tujuan hakiki hidup ini.
Salah satu pendekatan yang kerap digunakan dalam memanajemen pemecahan masalah adalah dengan menggunakan kiat terobosan (breaktrough oriented). Keahlian dalam terobosan ini tidak dalam bentuk proses bertahap, tetapi lebih kepada penggunaan Tujuh Kerangka Berpikir, sebagai berikut :


    1. Originalitas dan Kemandirian
Pendekatan originalitas dan kemandirian ini menjadi dasar agar tidak selalu bertitik tolak pada permasalah biasa, tetapi masuk pada kondisi untuk mencari sesuatu yang baru dalam pemecahan masalah.
2. Menentukan Target
Menentukan target yang tepat dan berkonsentrasi kepadanya dengan menyortir kegiatan-kegiatan yang berhubungan langsung dengan target tersebut.
3. Memecahkan Masalah Berulang-ulang
Membuat model permasalahan yang terjadi, melakukan simulasi terhadapnya, dan mencoba model tersebut kepada permasalahan yang lain, lalu mensimulasinya kembali secara berulang-ulang, sehingga jawaban dari permasalahan yang terjadi memiliki sifat stabil.
4. Memiliki Sistem Khusus
Keberhasilan memecahkan suatu masalah akan memunculkan masa-lah lain. Hal ini karena satu masalah yang kita hadapi adalah bagian dari sistem permasalahan yang integeral, sehingga diperlukan sistem pemecahan masalah yang mencakup keleluasaan elemen dan dimensi permasalahan yang sedang dihadapi.
5. Mengumpulkan Informasi yang Akurat
Informasi yang akurat menentukan keberhasilan pemecahan masalah. Ini termasuk keahlian dalam mencari sumber informasi dan meracik berbagai informasi yang didapatkan.
6. Orientasi kepada Orang Lain
Pemecahan suatu masalah harus bersifat universal, sehingga setiap orang yang memiliki permasalahan yang sama bisa memecahkan masalah dengan menggunakan pendekatan yang pernah dilakukan pendahulunya.
7. Memperbaiki Jadwal dan Program Kerja
Kunci dalam memecahkan masalah yaitu menentukan tujuan atau target yang lebh besar, lalu menentukan pembaharuan sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya masalah baru, lalu melakukan semua itu dengan keyakinan dan manajemen yang baik.
3.      BERPIKIR KREATIF
Sistem pengajaran formal di sekolah atau di perguruan tinggi cenderung melatih daya pikir analitis. Mahasiswa dituntut untuk menyusun argumen yang logis, mencari jawaban, mengeliminasi pilihan-pilihan yang salah, dan fokus pada jawaban yang benar. Akan tetapi efek sampingnya mahasiswa menjadi tidak terbiasa untuk berpikir kreatif, yakni berani mencoba gagasan baru dan mencari alternatif jawaban. Bukan sekedar fokus pada satu jawaban yang diyakini benar. Kemampuan berpikir analitis dan kreatif adalah dua hal yang diperlukan untuk menjadi sukses dalam dunia kerja/usaha.
Menjadi kreatif bukan berarti Anda harus menemukan peralatan ajaib. Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar dari suatu masalah. Jalan keluar tersebut dalam berupa sesuatu yang merupakan sesuatu yang benar-benar baru, atau sekedar dari yang telah ada.
Untuk memperjelas beda pemecahan masalah secara kreatif dengan pemecahan masalah secara biasa, bisa kita tinjau contoh berikut.
Seekor burung masuk ke dalam sebuah jendela yang terbuka lebar memasuki sebuah ruangan rapat. Burung tersebut terbang ke sana ke mari dan mengganggu peserta rapat. Mereka lantas berusaha menghalau burung tersebut keluar ruangan dengan menakut-nakutinya. Namun cara tersebut gagal. Mereka kemudian mencoba menangkap burung itu agar dapat melepaskannya keluar. Tetapi mereka tidak dapat menangkapnya. Akhirnya mereka menemukan sebuah cara yang brilian dan efektif juga kreatif. Mereka menutup semua tirai yang ada, kecuali pada satu jendela. Satu jendela itu mereka buka lebar-lebar, lalu lampu ruangan dimatikan. Dengan dipandu oleh satu sumber cahaya dalam ruangan yang gelap, burung itu akhirnya terbang keluar dari jendela yang terbuka.
Sekarang terlihat jelas bukan, beda permasalahan yang diselesaikan secara kreatif dengan secara konvensional.

Metode Berpikir Kreatif
Ada sejumlah metode yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah secara kreatif.
  • Evolusi. Melalui metode ini, ide diperbaiki sedikit demi sedikit. Perbaikan itu dapat dilakukan berulang kali. Ide tersebut dapat merupakan perbaikan dari yang telah ada., gabungan sejumlah ide atau bahkan ide baru sama sekali. Dengan perbaikan sedikit demi sedikit, sering kali diperoleh hasil yang jauh berbeda dengan hasil sebelumnya. Contoh nyatanya adalah pada teknologi telepon genggam. Bila diperhatikan, beda antara tipe yang baru dengan sebelumnya kadang tidak jauh berbeda.
  • Sintesa. Dengan metode ini, dua atau lebih ide dikombinasikan menjadi sebuah ide baru. Contohnya, telepon genggam yang dilengkapi kamera.
  • Revolusi. Metode revolusi mengajak kita untuk mengungkapkan ide yang sama sekali abru. Misalnya, beberapa ratus tahun yang lalu, manusia belum terbayang untuk menggunakan matahasri sebagai sumber energi. Namun saat ini, telah diciptakan pembangkit listrik tenaga matahari.
  • Reaplikasi. Melihat sesuatu yang sudah ada, dengan sudut pandang yang baru. Hindari berpikir bahwa sesuatu hanya dapat dipakai sesuai kegunaannya. Misalnya KTM (kartu tanda mahasiswa) bukan hanya sekedar dapat dipakai sebagai identitas atau sebagai kartu ATM, tapi bisa juga dipakai untuk membelah keju (?).
·         Ubah cara pandang (Insight). Fokuslah untuk menyelesaikan inti permasalahan yang ada, dan jangan terpusat pada kebiasaan lama dalam menyelesaikan sesuatu. Contohnya, bagaimana agar perkuliahan tidak terlalu membosankan? Materi perkuliahan tidak harus disampaikan semua oleh dosen. Bisa saja dosen meminta tiap mahasiswa untuk mempelajari bagian tertentu dan mempresentasikannya pada rekan-rekan mahasiswa.








SIMPULAN

Pemecahan masalah adalah proses mental dan merupakan bagian yang lebih besar dari masalah proses yang meliputi menemukan masalah dan masalah pembentukan.
Langkah-langkah pemecahan masalah
Ada langkah-langkah yang harus dilalui dalam pemecahan masalah, yaitu:
    1. Menganalisa masalah
    2. Membuat alternative pemecahan masalah
    3. Mengevaluasi alternatif-alternatif
    4. Rencana tindak lanjut
Dalam memanajemen pemecahan masalah harus menggunakan tujuh kerangka berpikir sebagai berikut:
1)      Originalitas dan kemandirian
2)      Menentukan target
3)      Memecahkan masalah berulang-ulang
4)      Memiliki system khusus
5)      Mengumpulkan informasi yang akurat
6)      Orientasi kepada orang lain
7)      Memperbaiki jadwal dan program kerja
            Berpikir kreatif adalah proses penciptaan jalan keluar dari suatu masalah. Jalan keluar tersebut merupakan sesuatu yang benar-benar baru.
            Metode berpikir kreatif ada 5 yaitu:
a.      Evolusi
b.      Sinestesa
c.       Revolusi
d.      Reaplikasi
e.       Ubah cara pandang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar